Forumnya LDK FARIS UG

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Bersama Anda Membangun Islam

Login

Lupa password?

Like/Tweet/+1

Latest topics

» Newbie!!... silahkan perkenalkan dirinya disini... ^^
Untuk Anak? (Renungan, kepada mereka yang sibuk berkarir) EmptyMon Oct 24, 2011 5:09 am by raden galuh agung permana

» update forum 2
Untuk Anak? (Renungan, kepada mereka yang sibuk berkarir) EmptyWed Sep 14, 2011 10:00 am by Admin

» Resep Kue Pernikahan
Untuk Anak? (Renungan, kepada mereka yang sibuk berkarir) EmptySat Jun 04, 2011 12:42 pm by aisyah salimah

» Hidup Tak Kenal Kompromi
Untuk Anak? (Renungan, kepada mereka yang sibuk berkarir) EmptySat Jun 04, 2011 11:54 am by aisyah salimah

» Rumah Dunia VS Akhirat
Untuk Anak? (Renungan, kepada mereka yang sibuk berkarir) EmptySun May 22, 2011 11:59 pm by aisyah salimah

» Selamat Jalan Ibunda Tercinta
Untuk Anak? (Renungan, kepada mereka yang sibuk berkarir) EmptySat May 21, 2011 3:48 pm by aisyah salimah

» Cara Youtube tanpa buffer tanpa software
Untuk Anak? (Renungan, kepada mereka yang sibuk berkarir) EmptyTue May 10, 2011 8:16 pm by kholis

» tok tok tok...!
Untuk Anak? (Renungan, kepada mereka yang sibuk berkarir) EmptyMon May 09, 2011 7:43 pm by santii

» catatan da'wah
Untuk Anak? (Renungan, kepada mereka yang sibuk berkarir) EmptySat May 07, 2011 10:08 pm by nadiachya

Gallery


Untuk Anak? (Renungan, kepada mereka yang sibuk berkarir) Empty

Top posting users this month

No user

Top posting users this week

No user

3 posters

    Untuk Anak? (Renungan, kepada mereka yang sibuk berkarir)

    bundaalifah
    bundaalifah
    Newbie
    Newbie


    Jumlah posting : 34
    HP : 0
    Reputation : 0
    Registration date : 10.02.09
    Age : 42
    Lokasipesanggrahan-selatan jakarta

    Untuk Anak? (Renungan, kepada mereka yang sibuk berkarir) Empty Untuk Anak? (Renungan, kepada mereka yang sibuk berkarir)

    Post by bundaalifah Tue Feb 17, 2009 2:24 pm

    Seperti biasa Toni, Kepala Cabang sebuah perusahaan swasta terkemuka di Jakarta, tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti biasanya, Nanda, putra pertamanya yang baru duduk di kelas 2 SD yang membukakan pintu. Ia nampaknya sudah menunggu cukup lama.

    “Kok belum tidur?” sapa Toni sambil mencium kening anaknya. Biasanya Nanda sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari. Sambil membuntuti sang ayah menuju ruang keluarga, Nanda menjawab, “Aku menunggu Ayah pulang, sebab aku mau bertanya berapa sih gaji Ayah.”

    “Lho, tumben, kok nanya gaji Ayah segala? Mau minta uang lagi, ya?”

    “Ah, enggak. Pengin tahu aja.”

    “Boleh, kamu hitung saja sendiri. Setiap hari Ayah bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp. 400.000,- Dan setiap bulan rata-rata Ayah bekerja selama 25 hari. Jadi, gaji Ayah dalam satu bulan berapa, hayo?”

    Nanda berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar, sementara ayahnya melepas sepatu dan menyalakan televisi. Ketika Toni beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, Nanda berlari mengikutinya.

    “Kalau satu hari Ayah dibayar Rp. 400.000,- untuk 10 jam, berarti satu jam Ayah digaji Rp. 40.000,- dong,” katanya.

    “Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, bobok,” perintah Toni. Tapi Nanda tak beranjak. Sambil menyaksikan ayahnya berganti pakaian, Nanda kembali bertanya, “Ayah, aku boleh pinjam uang Rp. 5.000,- nggak?”

    “Sudah, nggak usah macam-macam. Buat apa minta uang malam-malam begini? Ayah capek dan mau mandi dulu. Tidurlah.”

    “Tapi, Ayah…”

    Kesabaran Toni habis. Pekerjaan di kantornya seharian ini betul-betul menguras tenaganya.

    “Ayah bilang tidur!” hardiknya mengejutkan Nanda. Anak kecil itu pun berbalik menuju kamarnya.

    Usai mandi, Toni nampak menyesali hardikannya. Ia pun menengok Nanda di kamar tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. Nanda didapatinya sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp. 15.000,- di tangan yang satu dan mainan ular tangga di tangan lainnya. Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Toni berkata, “Maafkan Ayah, Nak. Ayah sayang sama Nanda. Buat apa sih minta uang malam-malam begini? Kalau mau beli mainan, besok kan bisa. Jangankan Rp. 5.000,- saja, lebih dari itu pun Ayah beri.”

    Tangis Nanda langsung berhenti. Ia bangkit dan duduk sambil memandang ayahnya.

    “Ayah, aku nggak minta uang. Aku pinjam. Nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini.”

    “Iya, iya, tapi buat apa?” tanya Toni lembut.

    “Aku menunggu Ayah dari jam 8. Aku mau ajak Ayah main ular tangga. 30 menit saja. Ibu sering bilang kalau waktu Ayah itu sangat berharga. Jadi, aku mau membeli waktu Ayah. Aku buka tabunganku, ada Rp. 15.000,- Tapi karena Ayah bilang satu jam Ayah dibayar Rp. 40.000,- maka setengah jam berarti Rp. 20.000,- Uang tabunganku kurang Rp. 5.000,- Makanya aku mau pinjam dari Ayah,” kata Nanda polos.

    Toni terdiam. Ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah itu erat-erat. Matanya berkaca-kaca.

    * * *

    Teman, inilah yang saat ini banyak terjadi diantara kita. Kebanyakan anak-anak orang kantoran maupun wirausahawan saat ini memang merindukan saat-saat bercengkerama dengan orang tua mereka. Saat dimana mereka tidak merasa "disingkirkan" dan diserahkan kepada suster, pembantu atau sopir. Mereka tidak butuh uang yang lebih banyak. Mereka ingin lebih dari itu. Mereka ingin merasakan sentuhan kasih-sayang Ayah dan Ibunya.

    Apakah hal ini berlebihan? Sebagian besar wanita karier yang nampaknya menikmati emansipasi-nya, diam-diam menangis dalam hati ketika anak-anak mereka lebih dekat dengan suster, supir, dan pembantu daripada ibu kandung mereka sendiri. Seorang wanita muda yang menduduki posisi asisten manajer sebuah bank swasta, menangis pilu ketika menceritakan bagaimana anaknya yang sakit demam tinggi tak mau dipeluk ibunya, tetapi berteriak-teriak memanggil nama pembantu mereka yang sedang mudik lebaran.

    (Reni-Soulful)


    Myquran.com
    matloger
    matloger
    Newbie
    Newbie


    Jumlah posting : 7
    HP : 0
    Reputation : 0
    Registration date : 10.02.09
    LokasiKolong Langit

    Untuk Anak? (Renungan, kepada mereka yang sibuk berkarir) Empty Re: Untuk Anak? (Renungan, kepada mereka yang sibuk berkarir)

    Post by matloger Wed Feb 18, 2009 12:13 pm

    hayo... yang punya momongan...inget...
    revoLUTHIon
    revoLUTHIon
    Senior Member
    Senior Member


    Jumlah posting : 243
    HP : 101
    Reputation : 3
    Registration date : 06.02.09
    Age : 36
    Lokasibekasi

    Untuk Anak? (Renungan, kepada mereka yang sibuk berkarir) Empty Re: Untuk Anak? (Renungan, kepada mereka yang sibuk berkarir)

    Post by revoLUTHIon Wed Feb 18, 2009 12:54 pm

    luthi jadi inget anak dirumah







    anak ayam!! udah gede di bakar jadi ayam panggang Untuk Anak? (Renungan, kepada mereka yang sibuk berkarir) 379120
    bundaalifah
    bundaalifah
    Newbie
    Newbie


    Jumlah posting : 34
    HP : 0
    Reputation : 0
    Registration date : 10.02.09
    Age : 42
    Lokasipesanggrahan-selatan jakarta

    Untuk Anak? (Renungan, kepada mereka yang sibuk berkarir) Empty Re: Untuk Anak? (Renungan, kepada mereka yang sibuk berkarir)

    Post by bundaalifah Fri Feb 20, 2009 8:41 am

    matloger wrote:hayo... yang punya momongan...inget...

    yang mau punya momongan juga inget tuhhh !! Smile

    Sponsored content


    Untuk Anak? (Renungan, kepada mereka yang sibuk berkarir) Empty Re: Untuk Anak? (Renungan, kepada mereka yang sibuk berkarir)

    Post by Sponsored content


      Waktu sekarang Fri Apr 19, 2024 2:05 pm