........................
Di kalangan aktivis -ikhwan/akhwat-, mungkin panggilan yang paling
aman adalah ‘Akhi/Ukhti’. Meskipun di beberapa tempat kebiasaan itu
kadang tidak berlaku untuk semua usia. Daerah Jogja misalnya.
Berdasarkan cerita dari teman-teman di UGM, mereka terbiasa memanggil
ikhwan dengan sebutan ‘Pak’. Teman-teman Indonesia Timur -yang saya
tahu akhwat Ternate- memanggil ikhwan yang lebih tua dengan panggilan
‘Kak’, sedangkan teman-teman di Padang mempunyai panggilan ‘Uda/Bang’.
Jadi, memang tak ada keharusan memanggil apa pada ikhwan/akhwat. Pun
memanggil dengan panggilan ‘Akhi/Ukhti’. Apalagi di khalayak ramai,
panggilan tersebut cenderung kita minimalisasi.
Kembali ke masalah yang saya sampaikan di awal. Apakah ada yang
salah dengan panggilan ‘Dik’ yang saya tujukan pada seorang al-akh?
Kurang ahsan-kah panggilan tersebut? Entahlah, tiba-tiba saja saya
merasa harus mengubah cara saja memanggil al-akh itu, meskipun secara
usia ia terpaut beberapa tahun di bawah saya. Ya! Saya khawatir ia
tidak ridha terhadap panggilan yang saya berikan. Saya masih ingat,
dalam SMS terkadang ia masih sering memanggil saya dengan ‘Ukh’. Hanya
sekali dua kali ia memanggil saya dengan ‘Mbak’. Saya kemudian
berkesimpulan bahwa tidak semua ikhwan -yang secara usia lebih muda-
senang dipanggil ‘Dik’, seperti halnya saudara saya yang tidak suka
dipanggil ‘Boss/ Pak’.
Adalah hal yang wajar memanggil orang dengan panggilan yang membuat
kita merasa nyaman dengan panggilan tersebut. Namun, ada baiknya kita
berfikir ulang dengan panggilan yang kita berikan. Saya khawatir
panggilan yang kurang tepat bisa menimbulkan dampak yang kurang baik.
Bagaimana pun kita harus menjaga diri dan tahu dengan siapa kita
bergaul. Alhamdulillah, saya pun sedikit lega ketika akhirnya al-akh
yang beberapa waktu terakhir saya panggil ‘Dik’ ternyata tidak
keberatan dengan panggilan tersebut.
Linkny : http://kotasantri.com/pelangi/refleksi/2010/01/20/panggilan-dan-kenyamananassalamu`alaikum...sebelumnya mohon maaf....jika selama ini ane memanggil "de" pada seluruh angkatan bawah akhwat maupun ikhwan....tidak ada maksud lain selain hanya sebuah panggilan tp setelah baca artikel ini jadi merasa risih...afwan....
semoga menjadi pelajaran berharga buat diri ini terutama dan orang banyak....
Di kalangan aktivis -ikhwan/akhwat-, mungkin panggilan yang paling
aman adalah ‘Akhi/Ukhti’. Meskipun di beberapa tempat kebiasaan itu
kadang tidak berlaku untuk semua usia. Daerah Jogja misalnya.
Berdasarkan cerita dari teman-teman di UGM, mereka terbiasa memanggil
ikhwan dengan sebutan ‘Pak’. Teman-teman Indonesia Timur -yang saya
tahu akhwat Ternate- memanggil ikhwan yang lebih tua dengan panggilan
‘Kak’, sedangkan teman-teman di Padang mempunyai panggilan ‘Uda/Bang’.
Jadi, memang tak ada keharusan memanggil apa pada ikhwan/akhwat. Pun
memanggil dengan panggilan ‘Akhi/Ukhti’. Apalagi di khalayak ramai,
panggilan tersebut cenderung kita minimalisasi.
Kembali ke masalah yang saya sampaikan di awal. Apakah ada yang
salah dengan panggilan ‘Dik’ yang saya tujukan pada seorang al-akh?
Kurang ahsan-kah panggilan tersebut? Entahlah, tiba-tiba saja saya
merasa harus mengubah cara saja memanggil al-akh itu, meskipun secara
usia ia terpaut beberapa tahun di bawah saya. Ya! Saya khawatir ia
tidak ridha terhadap panggilan yang saya berikan. Saya masih ingat,
dalam SMS terkadang ia masih sering memanggil saya dengan ‘Ukh’. Hanya
sekali dua kali ia memanggil saya dengan ‘Mbak’. Saya kemudian
berkesimpulan bahwa tidak semua ikhwan -yang secara usia lebih muda-
senang dipanggil ‘Dik’, seperti halnya saudara saya yang tidak suka
dipanggil ‘Boss/ Pak’.
Adalah hal yang wajar memanggil orang dengan panggilan yang membuat
kita merasa nyaman dengan panggilan tersebut. Namun, ada baiknya kita
berfikir ulang dengan panggilan yang kita berikan. Saya khawatir
panggilan yang kurang tepat bisa menimbulkan dampak yang kurang baik.
Bagaimana pun kita harus menjaga diri dan tahu dengan siapa kita
bergaul. Alhamdulillah, saya pun sedikit lega ketika akhirnya al-akh
yang beberapa waktu terakhir saya panggil ‘Dik’ ternyata tidak
keberatan dengan panggilan tersebut.
Linkny : http://kotasantri.com/pelangi/refleksi/2010/01/20/panggilan-dan-kenyamananassalamu`alaikum...sebelumnya mohon maaf....jika selama ini ane memanggil "de" pada seluruh angkatan bawah akhwat maupun ikhwan....tidak ada maksud lain selain hanya sebuah panggilan tp setelah baca artikel ini jadi merasa risih...afwan....
semoga menjadi pelajaran berharga buat diri ini terutama dan orang banyak....
Mon Oct 24, 2011 5:09 am by raden galuh agung permana
» update forum 2
Wed Sep 14, 2011 10:00 am by Admin
» Resep Kue Pernikahan
Sat Jun 04, 2011 12:42 pm by aisyah salimah
» Hidup Tak Kenal Kompromi
Sat Jun 04, 2011 11:54 am by aisyah salimah
» Rumah Dunia VS Akhirat
Sun May 22, 2011 11:59 pm by aisyah salimah
» Selamat Jalan Ibunda Tercinta
Sat May 21, 2011 3:48 pm by aisyah salimah
» Cara Youtube tanpa buffer tanpa software
Tue May 10, 2011 8:16 pm by kholis
» tok tok tok...!
Mon May 09, 2011 7:43 pm by santii
» catatan da'wah
Sat May 07, 2011 10:08 pm by nadiachya