Sesungguhnya hadits-hadits yang tersebar di masyarakat banyak
sekali, hingga mereka hampir tidak pernah menyebutkan hadits shahih-walau banyak- yang bisa menghentikan mereka dari menyebut haditsdhaif. Semoga Allah merahmati Al Imam Abdullah bin Mubarak yangmengatakan: “(Menyebutkan) hadits shahih itu menyibukkan (diri) dariyang dhaifnya.” Jadikanlah imam ini sebagai suri tauladan kita,
jadikanlah ilmu shahih yang telah tersaring sebagai jalan (hidup) kita.
Dan (yang termasuk) dari hadits-hadits yang tersebar digunakan
(sebagai dalil) di kalangan manusia pada bulan Ramadhan diantaranya:
1. “Kalaulah seandainya kaum muslimin tahu apa
yang ada di dalam Ramadhan, niscaya umatku akan berangan-angan agar
satu tahun Ramadhan seluruhnya. Sesungguhnya surga dihiasi untuk
Ramadhan dari awal tahun kepada tahun berikutnya…” Hingga akhir hadits ini.
Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah (no. 1886) dan Ibnul
Jauzi di dalam Kitabul Mauduat (2/188-189) dan Abul Ya'la di dalam
Musnad-nya sebagaimana pada Al Muthalibul 'Aaliyah (Bab/A-B/ tulisan
tangan) dari jalan Jabir bin Burdah dari Abu Mas'ud Al Ghifari.
Hadits ini maudhu' (palsu), penyakitnya pada Jabir bin Ayyub,
biografinya ada pada Ibnu Hajar di dalam Lisanul Mizan (2/101) dan
beliau berkata: “Masyhur dengan kelemahannya.” Juga dinukilkan
perkataan Abu Nu'aim, “Dia suka memalsukan hadits,” dan Bukhari,
berkata, “Mungkarul hadits” dan dari An Nasa'i, “matruk (ditinggalkan)
haditsnya.”
Ibnul Jauzi menghukumi hadits ini sebagai hadits palsu, dan ibnu
Khuzaimah berkata serta meriwayatkannya, “Jika haditsnya shahih, karena
dalam hatiku ada keraguan pada Jarir bin Ayyub Al Bajali.”
2. “Wahai manusia, sungguh bulan yang agung
telah (menaungi) kalian, bulan yang di dalamnya terdapat suatu malam
yang lebih baik dari seribu bulan, Allah menjadikan puasa (pada bulan
itu) sebagai satu kewajiban dan menjadikan shalat malamnya sebagai
amalan sunnah. Barangsiapa yang mendekatkan diri pada bulan tersebut
dengan (mengharapkan) suatu kebaikan, maka sama (nilainya) dengan
menunaikan perkara wajib pada bulan yang lain…. Inilah bulan yang
awalnya adalah rahmat, pertengahannya ampunan dan akhirnya adalah
merupakan pembebasan dari api neraka…” sampai selesai.
Hadits ini juga panjang, kami cukupkan dengan membawakan perkataan
ulama yang paling masyhur. Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah
(1887) dan Al Muhamili di dalam Amalinya (293) dan Al Ashbahani dalam
At Targhib (q/178, tulisan tangan) dari jalan Ali bin Zaid Jad'an dari
Sa'id bin Al Musayyib dari Salman.
Hadits ini sanadnya dhaif, karena lemahnya Ali bin Zaid, berkata
Ibnu Sa'ad, “Di dalamnya ada kelemahan dan jangan berhujjah dengannya,”
berkata Imam Ahmad bin Hanbal, “Tidak kuat,” berkata Ibnu Ma'in,
“Dhaif” berkata Ibnu Abi khaitsamah, “Lemah di segala penjuru,” dan,
berkata Ibnu Khuzaimah, “Jangan berhujjah dengan hadits ini, karena
jelek hafalannya.”
Demikianlah di dalam Tahdizbut Tahdzib (7/322-323). Dan Ibnu
Khuzaimah berkata setelah meriwayatkan hadits ini, “Jika benar
kabarnya.” Berkata Ibnu Hajar di dalam Al Athraf, “Sumbernya pada Ali
bin Zaid bin Jad'an, dan dia lemah,” sebagaimana hal ini dinukilkan
oleh Imam As Suyuthi di dalam Jam'ul Jawami' (no. 23714-tertib
urutannya).
Dan Ibnu Abi Hatim menukilkan dari bapaknya di dalam Illalul Hadits (1/249), “Hadits yang mungkar.”
3. “Berpuasalah, niscaya kalian akan sehat.”
Hadits tersebut merupakan potongan dari hadits riwayat Ibnu Adi di
dalam Al Kamil (7/2521) dari jalan Nahsyal bin Sa'id, dari Ad Dhahhak
dari ibnu Abbas. Nahsyal termasuk yang ditinggal (karena) dia pendusta
dan Ad Dhahhak tidak mendengarkan dari ibnu Abbas. Diriwayatkan oleh AtThabrani di dalam Al Ausath (1/q 69/ Al Majma'ul Bahrain) dan AbuNu'aim di dalam Ath Thibun Nabawiy dari jalan Muhammad bin Sulaiman bin
Abi Daud, dari Zuhair bin muhammad, dari Suhail bin Abi Shalih dari Abi hurairah. Dan sanad hadits ini lemah.
Berkata Abu Bakar Al Atsram, “Aku mendengar Imam Ahmad -dan beliau
menyebutkan riwayat orang-orang Syam dari Zuhair bin muhammad- berkata,
“Mereka meriwayatkan darinya (Zuhair -pent) beberapa hadits mereka(orang-orang Syam- pent) yang dhaif itu,” Ibnu Abi Hatim berkata,
“Hafalannya jelek dan hadits dia dari Syam lebih mungkar daripada
haditsnya (yang berasal) dari Irak, karena jeleknya hafalan dia.” Al Ajalaiy berkata, “Hadits-hadits yang mereka riwayatkan dari ahli Syam ini tidak membuatku kagum,” demikianlah yang terdapat pada Tahdzibul Kamal (9/427).
Aku katakan: dan Muhammad bin Sulaiaman Syaami, biografinya (disebutkan) pada Tarikh Damasqus (15/q386-tulisan tangan) maka riwayatnya dari Zuhair sebagaiman dinaskhkan oleh para Imam adalah mungkar, dan hadits ini darinya.
Tidak menutup kemungkinan bahwa sebagian hadits-hadits ini memiliki
makna- makna yang benar, yang sesuai dengan syari'at kita yang lurus baik dari Al Qur'an maupun Sunnah, akan tetapi (hadits-hadits ini)
sendiri tidak boleh kita sandarkan kepada Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam, dan terlebih lagi -segala puji hanya bagi Allah- umat ini telah Allah khususkan dengan sanad dibandingkan dengan umat-umat yang lain. Dengan sanad ini dapat diketahui mana hadits yang dapat diterima
dan mana yang harus ditolak, membedakan yang shahih dari yang jelek.
Ilmu sanad adalah ilmu yang paling rumit, telah benar dan baik orang yang menamainya (yakni Al Isnad) adalah: “Ucapan yang dinukil dan neraca pembenaran khabar.”
Wasubhaanakallahu wa bihamdika, asyhadu anlaa ilaha illa anta, astaghfiruka, wa atuubu ilaika.
Sumber : Ikhtisar Shifati Shaumin Nabiyyi SAW Fii Ramadhan
Oleh : Syaikh Salim bin 'Id Al-Hilaaly, Syaikh Ali Hasan Ali Abdul Hamid
sekali, hingga mereka hampir tidak pernah menyebutkan hadits shahih-walau banyak- yang bisa menghentikan mereka dari menyebut haditsdhaif. Semoga Allah merahmati Al Imam Abdullah bin Mubarak yangmengatakan: “(Menyebutkan) hadits shahih itu menyibukkan (diri) dariyang dhaifnya.” Jadikanlah imam ini sebagai suri tauladan kita,
jadikanlah ilmu shahih yang telah tersaring sebagai jalan (hidup) kita.
Dan (yang termasuk) dari hadits-hadits yang tersebar digunakan
(sebagai dalil) di kalangan manusia pada bulan Ramadhan diantaranya:
1. “Kalaulah seandainya kaum muslimin tahu apa
yang ada di dalam Ramadhan, niscaya umatku akan berangan-angan agar
satu tahun Ramadhan seluruhnya. Sesungguhnya surga dihiasi untuk
Ramadhan dari awal tahun kepada tahun berikutnya…” Hingga akhir hadits ini.
Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah (no. 1886) dan Ibnul
Jauzi di dalam Kitabul Mauduat (2/188-189) dan Abul Ya'la di dalam
Musnad-nya sebagaimana pada Al Muthalibul 'Aaliyah (Bab/A-B/ tulisan
tangan) dari jalan Jabir bin Burdah dari Abu Mas'ud Al Ghifari.
Hadits ini maudhu' (palsu), penyakitnya pada Jabir bin Ayyub,
biografinya ada pada Ibnu Hajar di dalam Lisanul Mizan (2/101) dan
beliau berkata: “Masyhur dengan kelemahannya.” Juga dinukilkan
perkataan Abu Nu'aim, “Dia suka memalsukan hadits,” dan Bukhari,
berkata, “Mungkarul hadits” dan dari An Nasa'i, “matruk (ditinggalkan)
haditsnya.”
Ibnul Jauzi menghukumi hadits ini sebagai hadits palsu, dan ibnu
Khuzaimah berkata serta meriwayatkannya, “Jika haditsnya shahih, karena
dalam hatiku ada keraguan pada Jarir bin Ayyub Al Bajali.”
2. “Wahai manusia, sungguh bulan yang agung
telah (menaungi) kalian, bulan yang di dalamnya terdapat suatu malam
yang lebih baik dari seribu bulan, Allah menjadikan puasa (pada bulan
itu) sebagai satu kewajiban dan menjadikan shalat malamnya sebagai
amalan sunnah. Barangsiapa yang mendekatkan diri pada bulan tersebut
dengan (mengharapkan) suatu kebaikan, maka sama (nilainya) dengan
menunaikan perkara wajib pada bulan yang lain…. Inilah bulan yang
awalnya adalah rahmat, pertengahannya ampunan dan akhirnya adalah
merupakan pembebasan dari api neraka…” sampai selesai.
Hadits ini juga panjang, kami cukupkan dengan membawakan perkataan
ulama yang paling masyhur. Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah
(1887) dan Al Muhamili di dalam Amalinya (293) dan Al Ashbahani dalam
At Targhib (q/178, tulisan tangan) dari jalan Ali bin Zaid Jad'an dari
Sa'id bin Al Musayyib dari Salman.
Hadits ini sanadnya dhaif, karena lemahnya Ali bin Zaid, berkata
Ibnu Sa'ad, “Di dalamnya ada kelemahan dan jangan berhujjah dengannya,”
berkata Imam Ahmad bin Hanbal, “Tidak kuat,” berkata Ibnu Ma'in,
“Dhaif” berkata Ibnu Abi khaitsamah, “Lemah di segala penjuru,” dan,
berkata Ibnu Khuzaimah, “Jangan berhujjah dengan hadits ini, karena
jelek hafalannya.”
Demikianlah di dalam Tahdizbut Tahdzib (7/322-323). Dan Ibnu
Khuzaimah berkata setelah meriwayatkan hadits ini, “Jika benar
kabarnya.” Berkata Ibnu Hajar di dalam Al Athraf, “Sumbernya pada Ali
bin Zaid bin Jad'an, dan dia lemah,” sebagaimana hal ini dinukilkan
oleh Imam As Suyuthi di dalam Jam'ul Jawami' (no. 23714-tertib
urutannya).
Dan Ibnu Abi Hatim menukilkan dari bapaknya di dalam Illalul Hadits (1/249), “Hadits yang mungkar.”
3. “Berpuasalah, niscaya kalian akan sehat.”
Hadits tersebut merupakan potongan dari hadits riwayat Ibnu Adi di
dalam Al Kamil (7/2521) dari jalan Nahsyal bin Sa'id, dari Ad Dhahhak
dari ibnu Abbas. Nahsyal termasuk yang ditinggal (karena) dia pendusta
dan Ad Dhahhak tidak mendengarkan dari ibnu Abbas. Diriwayatkan oleh AtThabrani di dalam Al Ausath (1/q 69/ Al Majma'ul Bahrain) dan AbuNu'aim di dalam Ath Thibun Nabawiy dari jalan Muhammad bin Sulaiman bin
Abi Daud, dari Zuhair bin muhammad, dari Suhail bin Abi Shalih dari Abi hurairah. Dan sanad hadits ini lemah.
Berkata Abu Bakar Al Atsram, “Aku mendengar Imam Ahmad -dan beliau
menyebutkan riwayat orang-orang Syam dari Zuhair bin muhammad- berkata,
“Mereka meriwayatkan darinya (Zuhair -pent) beberapa hadits mereka(orang-orang Syam- pent) yang dhaif itu,” Ibnu Abi Hatim berkata,
“Hafalannya jelek dan hadits dia dari Syam lebih mungkar daripada
haditsnya (yang berasal) dari Irak, karena jeleknya hafalan dia.” Al Ajalaiy berkata, “Hadits-hadits yang mereka riwayatkan dari ahli Syam ini tidak membuatku kagum,” demikianlah yang terdapat pada Tahdzibul Kamal (9/427).
Aku katakan: dan Muhammad bin Sulaiaman Syaami, biografinya (disebutkan) pada Tarikh Damasqus (15/q386-tulisan tangan) maka riwayatnya dari Zuhair sebagaiman dinaskhkan oleh para Imam adalah mungkar, dan hadits ini darinya.
Tidak menutup kemungkinan bahwa sebagian hadits-hadits ini memiliki
makna- makna yang benar, yang sesuai dengan syari'at kita yang lurus baik dari Al Qur'an maupun Sunnah, akan tetapi (hadits-hadits ini)
sendiri tidak boleh kita sandarkan kepada Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam, dan terlebih lagi -segala puji hanya bagi Allah- umat ini telah Allah khususkan dengan sanad dibandingkan dengan umat-umat yang lain. Dengan sanad ini dapat diketahui mana hadits yang dapat diterima
dan mana yang harus ditolak, membedakan yang shahih dari yang jelek.
Ilmu sanad adalah ilmu yang paling rumit, telah benar dan baik orang yang menamainya (yakni Al Isnad) adalah: “Ucapan yang dinukil dan neraca pembenaran khabar.”
Wasubhaanakallahu wa bihamdika, asyhadu anlaa ilaha illa anta, astaghfiruka, wa atuubu ilaika.
Sumber : Ikhtisar Shifati Shaumin Nabiyyi SAW Fii Ramadhan
Oleh : Syaikh Salim bin 'Id Al-Hilaaly, Syaikh Ali Hasan Ali Abdul Hamid
Mon Oct 24, 2011 5:09 am by raden galuh agung permana
» update forum 2
Wed Sep 14, 2011 10:00 am by Admin
» Resep Kue Pernikahan
Sat Jun 04, 2011 12:42 pm by aisyah salimah
» Hidup Tak Kenal Kompromi
Sat Jun 04, 2011 11:54 am by aisyah salimah
» Rumah Dunia VS Akhirat
Sun May 22, 2011 11:59 pm by aisyah salimah
» Selamat Jalan Ibunda Tercinta
Sat May 21, 2011 3:48 pm by aisyah salimah
» Cara Youtube tanpa buffer tanpa software
Tue May 10, 2011 8:16 pm by kholis
» tok tok tok...!
Mon May 09, 2011 7:43 pm by santii
» catatan da'wah
Sat May 07, 2011 10:08 pm by nadiachya