www.pks-jaksel.or.id
“Tiap bayi dilahirkan dalam keadaan suci. Ayah dan ibunyalah yang kelak menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi (penyembah berhala)” (HR.Bukhari)
Adalah salah menjadikan guru di sekolah sebagai pendidik utama bagi anak kita. Bagaimana tidak, ada banyak aspek dalam diri anak kita yang tidak terpantau oleh guru mereka di sekolah. Belum lagi lingkungan sekolah yang belum tentu kondusif untuk perkembangan jiwa anak kita dan semakin kuatnya pengaruh globalisasi terhadap mereka.
Mendidik anak tentunya bukan hanya mengajarkan mereka berhitung, membaca, dan menghapal materi yang ada. Bukan hanya memahami pelajaran Matematika, IPA ataupun Bahasa. Namun juga bagaimana mengembangkan potensi yang unik dari anak didik kita serta pengembangan akhlak dan kepribadian islam yang profesional.
Saat ini Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) sedang giat melakukan sosialisasi sekaligus pelaksanaan sekolah rumah (Homeschooling) dimana layanan pendidikan ini dilakukan oleh orang tua atau keluarga sebagai pendidik utamanya.
Homeschooling sebenarnya bukanlah program pendidikan yang baru di dunia. Di Amerika serikat program ini telah dilakukan sejak tahun 1993 dan pada tahun 2003 pesertanya sudah mencapai 1,1 juta orang. Demikian pula di negara lain seperti Inggris, Australia dan New zealand juga telah menerapkan metode ini.
Alasan mereka memilih sekolah rumah ini diantaranya adalah kekhawatiran mereka terhadap lingkungan belajar di sekolah yang kurang baik dan keinginan untuk mengajarkan agama bagi anak-anak mereka.
Di Indonesia sendiri minat orang tua menyelenggarakan homeschooling ini juga semakin besar, apalagi dengan fakta bahwa pergaulan bebas dan narkoba sudah menjadi bagian dari gaya hidup anak muda Indonesia.
Dengan adanya peraturan pemerintah yang menfasilitasi sekolah rumah menjadi salah satu program pendidikan kesetaraan maka homeschooling setara dengan pendidikan formal di sekolah umum.
Peserta didik juga akan mendapatkan ijazah yang sama nilainya dengan ijazah sekolah formal jika dapat lulus ujian persamaan yang dilakukan oleh Depdiknas. Bahkan dapat diakui secara internasional seperti yang dialami oleh anak kandung kak seto yang sekarang melanjutkan sekolahnya di Singapore setelah lulus sekolah rumah.
Salah seorang praktisi pendidikan kesetaraaan yang juga telah memulai program ini sejak tahun 2004 adalah Yayah Komariah. Ibu dari empat anak ini, yang juga menjabat sebagai ketua komunitas homeschooling “berkemas”(berbasis Keluarga dan masyarakat), memulai homeschooling dengan semua anak kandungnya dan 4 orang anak tetangga. Saat itu yang digunakan sebagai tempat sekolah adalah Mesjid, pasar atau langsung ke masyarakat.
“Dua tahun pertama adalah waktu terberat yang saya alami, karena semua kami lakukan sendiri. Meski berat namun karena dilandasi dengan niat baik maka segala kendala dapat diatasi dan yang paling utama dari hasilnya adalah terciptanya hubungan harmonis antara orangtua dan anak”, ujar Yayah Komariah.
“Homeschooling bukanlah sarana pendidikan bagi masyarakat pinggiran atau kurang mampu saja, namun untuk semua kalangan yang menginginkan pendidikan terbaik untuk anaknya. Adanya homeschooling juga bertujuan memfasilitasi anak-anak yang tidak termotivasi sekolah”, tutur Yayah yang sekarang juga aktif sebagai Pengurus Asah Pena (Asosiasi Sekolah Rumah dan Pendidikan Alternatif Indonesia).
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa ada banyak kelebihan dari Homeschooling dibandingkan sekolah umum, diantaranya kita dapat menyediakan pendidikan keagamaan dan akhlak secara lebih intensif kepada anak kita. Kita juga dapat menciptakan lingkungan sosial dan suasana belajar yang lebih baik dan sesuai dengan anak kita.
Kemudian, dapat memberikan kehangatan dan proteksi dalam pembelajaran (bagi anak yang sakit atau cacat), dan melindungi anak kita dari penyakit sosial yang terjadi di masyarakat.
Yang paling penting adalah kita dapat membekali anak kita dengan ketrampilan khusus yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan di masyarakat serta memberikan pembelajaran langsung secara kontekstual, tematik, ataupun nonscholastik dimana tidak tersekat oleh batasan ilmu.
Diharapkan dengan adanya peran aktif orang tua dalam pendidikan anaknya, kita dapat menciptakan generasi yang bukan hanya cerdas dan kreatif dari sisi intelektual saja namun juga memiliki kecerdasan emosi dan spiritual yang tinggi sehingga pemuda kita bukan hanya bekerja dengan pikirannya namun juga dengan hati dan keimanannya.
Dan pada akhirnya kita berharap di masa depan akan muncul generasi yang memiliki Adversity Spiritual Quotent yang tinggi sehingga mereka tangguh dalam menghadapi berbagai macam kesulitan hidup di zaman yang semakin tidak bersahabat ini. (Euis)
*Informasi lebih lengkap tentang bagaimana menyelenggarakan Pendidikan Kesetaraaan bisa diperoleh di : Yayasan Al-Hikmah Jakarta atau Direktorat Pendidikan Kesetaraan Depdiknas RI dengan Bapak Sutopo (0816-773-673)
Informasi tentang Home schooling, bisa diperoleh melalui Ibu Yayah Komariah (0888-176-5303)
“Tiap bayi dilahirkan dalam keadaan suci. Ayah dan ibunyalah yang kelak menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi (penyembah berhala)” (HR.Bukhari)
Adalah salah menjadikan guru di sekolah sebagai pendidik utama bagi anak kita. Bagaimana tidak, ada banyak aspek dalam diri anak kita yang tidak terpantau oleh guru mereka di sekolah. Belum lagi lingkungan sekolah yang belum tentu kondusif untuk perkembangan jiwa anak kita dan semakin kuatnya pengaruh globalisasi terhadap mereka.
Mendidik anak tentunya bukan hanya mengajarkan mereka berhitung, membaca, dan menghapal materi yang ada. Bukan hanya memahami pelajaran Matematika, IPA ataupun Bahasa. Namun juga bagaimana mengembangkan potensi yang unik dari anak didik kita serta pengembangan akhlak dan kepribadian islam yang profesional.
Saat ini Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) sedang giat melakukan sosialisasi sekaligus pelaksanaan sekolah rumah (Homeschooling) dimana layanan pendidikan ini dilakukan oleh orang tua atau keluarga sebagai pendidik utamanya.
Homeschooling sebenarnya bukanlah program pendidikan yang baru di dunia. Di Amerika serikat program ini telah dilakukan sejak tahun 1993 dan pada tahun 2003 pesertanya sudah mencapai 1,1 juta orang. Demikian pula di negara lain seperti Inggris, Australia dan New zealand juga telah menerapkan metode ini.
Alasan mereka memilih sekolah rumah ini diantaranya adalah kekhawatiran mereka terhadap lingkungan belajar di sekolah yang kurang baik dan keinginan untuk mengajarkan agama bagi anak-anak mereka.
Di Indonesia sendiri minat orang tua menyelenggarakan homeschooling ini juga semakin besar, apalagi dengan fakta bahwa pergaulan bebas dan narkoba sudah menjadi bagian dari gaya hidup anak muda Indonesia.
Dengan adanya peraturan pemerintah yang menfasilitasi sekolah rumah menjadi salah satu program pendidikan kesetaraan maka homeschooling setara dengan pendidikan formal di sekolah umum.
Peserta didik juga akan mendapatkan ijazah yang sama nilainya dengan ijazah sekolah formal jika dapat lulus ujian persamaan yang dilakukan oleh Depdiknas. Bahkan dapat diakui secara internasional seperti yang dialami oleh anak kandung kak seto yang sekarang melanjutkan sekolahnya di Singapore setelah lulus sekolah rumah.
Salah seorang praktisi pendidikan kesetaraaan yang juga telah memulai program ini sejak tahun 2004 adalah Yayah Komariah. Ibu dari empat anak ini, yang juga menjabat sebagai ketua komunitas homeschooling “berkemas”(berbasis Keluarga dan masyarakat), memulai homeschooling dengan semua anak kandungnya dan 4 orang anak tetangga. Saat itu yang digunakan sebagai tempat sekolah adalah Mesjid, pasar atau langsung ke masyarakat.
“Dua tahun pertama adalah waktu terberat yang saya alami, karena semua kami lakukan sendiri. Meski berat namun karena dilandasi dengan niat baik maka segala kendala dapat diatasi dan yang paling utama dari hasilnya adalah terciptanya hubungan harmonis antara orangtua dan anak”, ujar Yayah Komariah.
“Homeschooling bukanlah sarana pendidikan bagi masyarakat pinggiran atau kurang mampu saja, namun untuk semua kalangan yang menginginkan pendidikan terbaik untuk anaknya. Adanya homeschooling juga bertujuan memfasilitasi anak-anak yang tidak termotivasi sekolah”, tutur Yayah yang sekarang juga aktif sebagai Pengurus Asah Pena (Asosiasi Sekolah Rumah dan Pendidikan Alternatif Indonesia).
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa ada banyak kelebihan dari Homeschooling dibandingkan sekolah umum, diantaranya kita dapat menyediakan pendidikan keagamaan dan akhlak secara lebih intensif kepada anak kita. Kita juga dapat menciptakan lingkungan sosial dan suasana belajar yang lebih baik dan sesuai dengan anak kita.
Kemudian, dapat memberikan kehangatan dan proteksi dalam pembelajaran (bagi anak yang sakit atau cacat), dan melindungi anak kita dari penyakit sosial yang terjadi di masyarakat.
Yang paling penting adalah kita dapat membekali anak kita dengan ketrampilan khusus yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan di masyarakat serta memberikan pembelajaran langsung secara kontekstual, tematik, ataupun nonscholastik dimana tidak tersekat oleh batasan ilmu.
Diharapkan dengan adanya peran aktif orang tua dalam pendidikan anaknya, kita dapat menciptakan generasi yang bukan hanya cerdas dan kreatif dari sisi intelektual saja namun juga memiliki kecerdasan emosi dan spiritual yang tinggi sehingga pemuda kita bukan hanya bekerja dengan pikirannya namun juga dengan hati dan keimanannya.
Dan pada akhirnya kita berharap di masa depan akan muncul generasi yang memiliki Adversity Spiritual Quotent yang tinggi sehingga mereka tangguh dalam menghadapi berbagai macam kesulitan hidup di zaman yang semakin tidak bersahabat ini. (Euis)
*Informasi lebih lengkap tentang bagaimana menyelenggarakan Pendidikan Kesetaraaan bisa diperoleh di : Yayasan Al-Hikmah Jakarta atau Direktorat Pendidikan Kesetaraan Depdiknas RI dengan Bapak Sutopo (0816-773-673)
Informasi tentang Home schooling, bisa diperoleh melalui Ibu Yayah Komariah (0888-176-5303)
Mon Oct 24, 2011 5:09 am by raden galuh agung permana
» update forum 2
Wed Sep 14, 2011 10:00 am by Admin
» Resep Kue Pernikahan
Sat Jun 04, 2011 12:42 pm by aisyah salimah
» Hidup Tak Kenal Kompromi
Sat Jun 04, 2011 11:54 am by aisyah salimah
» Rumah Dunia VS Akhirat
Sun May 22, 2011 11:59 pm by aisyah salimah
» Selamat Jalan Ibunda Tercinta
Sat May 21, 2011 3:48 pm by aisyah salimah
» Cara Youtube tanpa buffer tanpa software
Tue May 10, 2011 8:16 pm by kholis
» tok tok tok...!
Mon May 09, 2011 7:43 pm by santii
» catatan da'wah
Sat May 07, 2011 10:08 pm by nadiachya