Ayah merupakan sosok penting dalam bangunan umat. Dalam keluarga kedudukan ayah adalah salah satu batu bata yangcover-buku.jpg menopang bangunan umat islam. Jika para ayah berhasil menunaikan misinya dalam keluarga akan kokohlah bangunan umat islam di berbagai bidang kehidupan. Sebaliknya, sikap abai para ayah dalam menjalani misinya di dalam keluarga akan menyebabkan lemah rapuhnya bangunan umat ini.
Peran ayah dalam keluarga sangatlah penting. Dimasyarakat kita kadang terjadi bahwa tugas ayah sebagai kepala keluarga dalam rumah tangga hanya mengurusi pemenuhan kebutuhan nafkah untuk keluarga sedang istri mengurusi pekerjaan rumah tangga dan pendidikan anak-anaknya. Dengan begitu penanaman nilai-nilai akhlaq dan pendidikan sangat minim sekali di perankan ayah.
Kita dapat belajar dari Al-Qur’an bahwa Allah menerangkan tidak satupun dialog antara orang tua dan anak yang mewakilinya adalah seorang ibu. Yang terjadi justru dialog anak dengan ayahnya. Dan kita dapat mengambil kisah seorang nabi yang sejak kecil di asuh oleh ibunya, yakni nabi Ismail. Hal ini tentunya tidak menampikkan peran penting ibu dalam memberi rasa keteduhan, nyaman dan percaya diri yang kuat dalam menjalani hidup dari sang anak.
Buku ini menguraikan sosok Hasan Al Banna sebagai seorang pemimpin dakwah, pembina para kader umat, sekaligus seorang ayah dalam keluarga. Hasan Al Banna bahkan berperan dalam membina anak-anak diseluruh dunia. Dialah yang melontarkan kalimat emasnya yang berbunyi, “Aku ingin sekali menyampaikan dakwah ini sampai kepada janin yang ada didalam perut ibu mereka.“
Buku ini juga menguraikan bagaimana Hasan Al Banna mendidikan anak-anaknya dengan melalui penuturan anak-anak beliau. Sebagai contoh mengenai pemberian hukuman bahwa ketika Tsana (Anak pertama) duduk ditangga kemudian dari kejauhan. ” Aku segera bangun dan menghampirinya tanpa menggunakan sandal. Padahal ayah sudah menyiapkan sandal untuk bermain dan sepatu untuk ke sekolah. Aku pergi begitu saja, lupa memakai sandal. Ketika itu ayah hanya melihatku sebentar saja, hanya sepintas. Dan saat itu pula aku sadar pasti aku akan mendapat hukuman. Aku segera kembali ke rumah. Setelah para ikhwan pamit pulang, ayah masuk ke ruang makan dan memanggilku. Aku datang dengan langkah lambat karena takut. Ayah berkata, ” Duduklah di atas kursi dan angkat dua kakimu.” Ayah lalu memukul kakiku dengan penggaris pendek. Masing-masing kaki dipukul sepuluh kali. Tapi terus terang aku sebenarnya ingin tertawa, karena pukulannya pelan sekali sampai aku tidak merasakannya. Ayah hanya ingin membuat aku mengerti bahwa aku telah melakukan kesalahan.”
Banyak sekali yang diceritakan dari kisah-kisah yang disampaikan oleh buku ini. Saya berharap anda bisa membaca buku yang sarat dengan pendidikan terutama terhadap anak-anak. Selamat membaca semoga bisa bermanfaat.
Resensi :
Judul : Cinta di Rumah Hasan Al Banna
Penulis : Muhammad Lili Nur Aulia
Penerbit : Pustaka Da’watuna
Tahun terbit : 2007
Jumlah Halaman : 92
Mon Oct 24, 2011 5:09 am by raden galuh agung permana
» update forum 2
Wed Sep 14, 2011 10:00 am by Admin
» Resep Kue Pernikahan
Sat Jun 04, 2011 12:42 pm by aisyah salimah
» Hidup Tak Kenal Kompromi
Sat Jun 04, 2011 11:54 am by aisyah salimah
» Rumah Dunia VS Akhirat
Sun May 22, 2011 11:59 pm by aisyah salimah
» Selamat Jalan Ibunda Tercinta
Sat May 21, 2011 3:48 pm by aisyah salimah
» Cara Youtube tanpa buffer tanpa software
Tue May 10, 2011 8:16 pm by kholis
» tok tok tok...!
Mon May 09, 2011 7:43 pm by santii
» catatan da'wah
Sat May 07, 2011 10:08 pm by nadiachya