Forumnya LDK FARIS UG

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Bersama Anda Membangun Islam

Login

Lupa password?

Like/Tweet/+1

Latest topics

» Newbie!!... silahkan perkenalkan dirinya disini... ^^
Wortel, Telur dan Kopi EmptyMon Oct 24, 2011 5:09 am by raden galuh agung permana

» update forum 2
Wortel, Telur dan Kopi EmptyWed Sep 14, 2011 10:00 am by Admin

» Resep Kue Pernikahan
Wortel, Telur dan Kopi EmptySat Jun 04, 2011 12:42 pm by aisyah salimah

» Hidup Tak Kenal Kompromi
Wortel, Telur dan Kopi EmptySat Jun 04, 2011 11:54 am by aisyah salimah

» Rumah Dunia VS Akhirat
Wortel, Telur dan Kopi EmptySun May 22, 2011 11:59 pm by aisyah salimah

» Selamat Jalan Ibunda Tercinta
Wortel, Telur dan Kopi EmptySat May 21, 2011 3:48 pm by aisyah salimah

» Cara Youtube tanpa buffer tanpa software
Wortel, Telur dan Kopi EmptyTue May 10, 2011 8:16 pm by kholis

» tok tok tok...!
Wortel, Telur dan Kopi EmptyMon May 09, 2011 7:43 pm by santii

» catatan da'wah
Wortel, Telur dan Kopi EmptySat May 07, 2011 10:08 pm by nadiachya

Gallery


Wortel, Telur dan Kopi Empty

Top posting users this month

No user

Top posting users this week

No user

    Wortel, Telur dan Kopi

    Khairul
    Khairul
    Newbie
    Newbie


    Jumlah posting : 6
    HP : 9
    Reputation : 0
    Registration date : 10.03.10
    Age : 33

    Wortel, Telur dan Kopi Empty Wortel, Telur dan Kopi

    Post by Khairul Wed Mar 10, 2010 7:41 am

    Seorang anak mengeluh pada ayahnya mengenai kehidupannya dan menanyakan
    mengapa hidup ini terasa begitu berat baginya. Ia tidak tahu bagaimana
    menghadapinya dan hampir menyerah. Ia sudah lelah untuk berjuang.
    Sepertinya setiap kali satu masalah selesai, timbul masalah baru.

    Ayahnya, seorang koki, membawanya ke dapur. Ia mengisi 3 panci dengan air dan menaruhnya di atas api.

    Setelah air di panci-panci tersebut mendidih. Ia menaruh wortel di
    dalam panci pertama, telur di panci kedua dan ia menaruh kopi bubuk di
    panci terakhir. Ia membiarkannya mendidih tanpa berkata-kata. Si anak
    membungkam dan menunggu dengan tidak sabar, memikirkan apa yang sedang
    dikerjakan sang ayah. Setelah 20 menit, sang ayah mematikan api.

    Ia menyisihkan wortel dan menaruhnya di mangkuk, mengangkat telur dan
    meletakkannya di mangkuk yang lain, dan menuangkan kopi di mangkuk
    lainnya.

    Lalu ia bertanya kepada anaknya, “Apa yang kau lihat, nak?”
    "Wortel, telur, dan kopi” jawab si anak.

    Ayahnya mengajaknya mendekat dan memintanya merasakan wortel itu. Ia
    melakukannya dan merasakan bahwa wortel itu terasa lunak. Ayahnya lalu
    memintanya mengambil telur dan memecahkannya. Setelah membuang
    kulitnya, ia mendapati sebuah telur rebus yang mengeras.

    Terakhir, ayahnya memintanya untuk mencicipi kopi. Ia tersenyum ketika
    mencicipi kopi dengan aromanya yang khas. Setelah itu, si Anak
    bertanya, “Apa arti semua ini, Ayah?”

    Ayahnya menerangkan bahwa ketiganya telah menghadapi ‘kesulitan’ yang
    sama, melalui proses perebusan, tetapi masing-masing menunjukkan reaksi
    yang berbeda.

    Wortel sebelum direbus kuat, keras dan sukar dipatahkan. Tetapi setelah
    direbus, wortel menjadi lembut dan lunak. Telur sebelumnya mudah pecah.
    Cangkang tipisnya melindungi isinya yang berupa cairan. Tetapi setelah
    direbus, isinya menjadi keras. Bubuk kopi mengalami perubahan yang
    unik. Setelah berada di dalam rebusan air, bubuk kopi merubah air
    tersebut.

    “Kamu termasuk yang mana?,” tanya ayahnya. “Ketika kesulitan
    mendatangimu, bagaimana kau menghadapinya? Apakah kamu wortel, telur
    atau kopi?” Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu adalah wortel yang
    kelihatannya keras, tapi dengan adanya penderitaan dan kesulitan, kamu
    menyerah, menjadi lunak dan kehilangan kekuatanmu.”

    “Apakah kamu adalah telur, yang awalnya memiliki hati lembut? Dengan
    jiwa yang dinamis, namun setelah adanya kematian, patah hati,
    perceraian atau pemecatan maka hatimu menjadi keras dan kaku. Dari luar
    kelihatan sama, tetapi apakah kamu menjadi pahit dan keras dengan jiwa
    dan hati yang kaku?”

    “Ataukah kamu adalah bubuk kopi? Bubuk kopi merubah air panas, sesuatu
    yang menimbulkan kesakitan, untuk mencapai rasanya yang maksimal pada
    suhu 100 derajat Celcius. Ketika air mencapai suhu terpanas, kopi
    terasa semakin nikmat.”

    “Jika kamu seperti bubuk kopi, ketika keadaan menjadi semakin buruk,
    kamu akan menjadi semakin baik dan membuat keadaan di sekitarmu juga
    membaik.”

    “Ada raksasa dalam setiap orang dan tidak ada sesuatu pun yang mampu
    menahan raksasa itu kecuali raksasa itu menahan dirinya sendiri”

    -Wahai masalahku yang besar,sesunggguhnya engkau sangat lah kecil, karena sesungguhnya aku bersama Allah yang Maha Besar-
    La Tahzan...Innallaha ma'ana

      Waktu sekarang Mon Nov 25, 2024 8:55 pm