Setiap menjelang Natal, sebagian Muslim ada yang merasa dipojokkan tuduhan "tidak toleran" jika tidak mengucapkan "Selamat Natal" kepada teman atau kenalan yang beragama Kristen.
Padahal, cara-cara seorang Muslim bergaul dengan para pemeluk Kristen atau agama lain dibimbing oleh syari'ah untuk diamalkan sepanjang waktu, bukan hanya untuk hari yang satu itu.
Pada dasarnya, Allah menyukai jika hambanya berbuat baik kepada sesama manusia, siapapun dan apapun agamanya selama tidak menampakkan permusuhan terhadap Islam.
"Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil."
(terjemahan surat Al-Mumtahanah [60]:
Berikut ini beberapa tips praktis dari Syariat Islam mengenai bagaimana cara bergaul dengan orang yang memeluk agama selain Islam.
1. Gemar berbagi
Rasulullah SAW pernah memberi makan seorang lelaki Yahudi yang sudah tua, buta, dan sakit-sakitan setiap hari sampai beliau SAW wafat. Bahkan beliau menyuapi Yahudi tersebut dengan penuh kelembutan, padahal setiap kali beliau datang untuk menyuapinya, lelaki itu mencaci-maki beliau selama beliau menyuapinya. Lelaki itu tidak tahu kalau yang menyuapinya adalah orang yang ia caci-maki.
Ketika Rasulullah SAW wafat dan Abu Bakar menggantikan beliau menyuapi lelaki tua tersebut, Abu Bakar memberi tahu bahwa orang yang ia caci-maki itu adalah orang yang selama ini menyuapinya dan sekarang sudah meninggal dunia. Yahudi itu menangis kemudian masuk Islam.
2. Mengucapkan ucapan kegembiraan atau memberi hadiah
Hal tersebut biasanya dilakukan pada momen-momen tertentu seperti kelahiran bayi, kenaikan pangkat, mendapat pekerjaan yang lebih baik, mendapat penghargaan atas prestasi, dan lain-lain yang tidak berhubungan langsung dengan masalah ibadah (ritual agama). Islam tidak melarang hal-hal tersebut, bahkan menganjurkannya.
3. Menolong mereka ketika kesusahan
Ini pula yang pernah dilakukan Rasulullah SAW kepada lelaki Yahudi tua yang buta dan sakit-sakitan tersebut. Dalam hal ini termasuk yang sakit dan membantu mereka, membantu mereka yang miskin, terutama jika mereka adalah tetangga dekat, memberi air pada musim kekeringan jika mereka membutuhkan, memberikan beasiswa bagi anak-anak mereka yang tidak mampu, dan lain-lain tanpa menyuruh apalagi memaksa mereka memeluk Islam. Karena hidayah itu ada di tangan Allah.
4. Menerima dan memakan makanan pemberian mereka selama tidak mengandung unsur-unsur yang diharamkan
Babi, daging sembelihan yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya, dan khamr berikut turunannya tentu haram kita terima. Jelaskan dengan cara yang baik kepada mereka kenapa kita menolaknya. Mudah-mudahan penjelasan kita bisa jadi jalan hidayah dari Allah. Unsur-unsur haram ini tetaplah haram, dari siapa pun kita mendapatkannya, apapun agamanya. Jadi, selama dapat dipastikan bahwa
makanan pemberian mereka itu tidak ada unsur-unsur tersebut, halal bagi Muslim untuk memakannya.
" Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal pula bagi mereka…"
(Al-Maidah [5]: 5)
5. Berlaku Adil
Suatu ketika Khalifah Ali bin Abi Thalib radhialLahu 'anhu mengadukan seorang Yahudi yang beliau duga telah mencuri baju besinya kepada hakim setempat. Dalam pengadilan di mana Ali dan Yahudi tersebut hadir, pengaduan Ali radhialLahu 'anhu tersebut tidak diterima, sebab Ali tidak menghadirkan saksi pencurian tersebut. Mendengar putusan hakim tersebut, Yahudi tersebut terkejut, karena sebelumnya ia sangat yakin bahwa pengadilan akan berpihak pada Ali radhialLahu 'anhu, yang di samping ia seorang muslim, juga khalifah.
Di muka pengadilan tersebut, ia mengakui bahwa ialah yang mencuri baju besi Ali radhialLahu 'anhu tersebut. Pengakuan itu diikuti dengan pernyataan keislamannya. Akhirnya Ali bin Abi Thalib memberikan baju besi tersebut sebagai ungkapan kegembiraannya.
Masalah Aqidah: Tidak Ada Kompromi
Ada pun hal-hal yang bersentuhan dengan masalah keyakinan, maka dalam Islam ada rambu-rambunya pula. Setiap perkataan dan sikap yang mengandung makna persetujuan dengan keyakinan mereka yang berseberangan dengan aqidah Islam, maka hal tersebut dilarang dalam Islam.
a. Mengucapkan Selamat Natal dan Menghadiri Perayaannya
Perayaan Natal bagi pemeluk Kristen pada zaman ini bermakna mengingat dan merayakan hari yang mereka yakini sebagai hari kelahiran Yesus yang mereka anggap Tuhan. Menghadiri atau memberi selamat Natal kepada pemeluk Kristiani tentu saja merupakan ungkapan persetujuan bahkan bahagia atas makna tersebut. Tidak bisa tidak. Padahal Islam mengatakan bahwa Isa (Yesus) adalah nabi dan rasul utusan Allah Subhana wa Ta'ala.
Dalih yang mengatakan bahwa boleh mengucapkan selamat Natal dengan niat hanya menghormati mereka sebagai manusia, tidak dapat diterima baik secara logika ataupun secara bahasa. Karena logika dan bahasa menunjukkan ucapan selamat merupakan keterlibatan jiwa (perasaan) orang yang mengucapkan selamat bahwa ia ikut merasakan kebahagiaan, sesuatu yang bahkan melebihi persetujuan atas apa yang diselamati. Bukan bahagia tanpa sebab.
Lalu, pantaskah seorang yang telah bersaksi bahwa tiada sembahan selain Allah, tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, menyampaikan rasa bahagia ketika Allah disekutukan dengan yang lain? Karena bagi mereka Isa adalah "Tuhan", sekaligus "anak Tuhan". Mereka menyebut dengan jelas: "Tuhan Yesus!"
Ibnu Umar radhiaLlahuanhu pernah membuat pernyataan yang menegaskan betapa besar dan beratnya kesyirikan kaum Kristen ini karena mengatakan "tuhan itu tiga".
b. Menghadiri Peribadatan Mereka
Menghadiri peribadatan adalah pengakuan yang nyata atas dasar keyakinan seluruh peserta berikut pemuka agama yang memimpin peribadatan tersebut.
Dua hal di atas termasuk ke dalam hal-hal yang Allah peringatkan dalam Surat Al Kafirun.
penulis adalah guru Al-Quran di sebuah madrasah di Jawa Barat
Oleh: Rina Abdul Latif dan Eka Zulkarnain
Hidayatullah.com-- [dengan penyesuaian redaksional]
Padahal, cara-cara seorang Muslim bergaul dengan para pemeluk Kristen atau agama lain dibimbing oleh syari'ah untuk diamalkan sepanjang waktu, bukan hanya untuk hari yang satu itu.
Pada dasarnya, Allah menyukai jika hambanya berbuat baik kepada sesama manusia, siapapun dan apapun agamanya selama tidak menampakkan permusuhan terhadap Islam.
"Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil."
(terjemahan surat Al-Mumtahanah [60]:
Berikut ini beberapa tips praktis dari Syariat Islam mengenai bagaimana cara bergaul dengan orang yang memeluk agama selain Islam.
1. Gemar berbagi
Rasulullah SAW pernah memberi makan seorang lelaki Yahudi yang sudah tua, buta, dan sakit-sakitan setiap hari sampai beliau SAW wafat. Bahkan beliau menyuapi Yahudi tersebut dengan penuh kelembutan, padahal setiap kali beliau datang untuk menyuapinya, lelaki itu mencaci-maki beliau selama beliau menyuapinya. Lelaki itu tidak tahu kalau yang menyuapinya adalah orang yang ia caci-maki.
Ketika Rasulullah SAW wafat dan Abu Bakar menggantikan beliau menyuapi lelaki tua tersebut, Abu Bakar memberi tahu bahwa orang yang ia caci-maki itu adalah orang yang selama ini menyuapinya dan sekarang sudah meninggal dunia. Yahudi itu menangis kemudian masuk Islam.
2. Mengucapkan ucapan kegembiraan atau memberi hadiah
Hal tersebut biasanya dilakukan pada momen-momen tertentu seperti kelahiran bayi, kenaikan pangkat, mendapat pekerjaan yang lebih baik, mendapat penghargaan atas prestasi, dan lain-lain yang tidak berhubungan langsung dengan masalah ibadah (ritual agama). Islam tidak melarang hal-hal tersebut, bahkan menganjurkannya.
3. Menolong mereka ketika kesusahan
Ini pula yang pernah dilakukan Rasulullah SAW kepada lelaki Yahudi tua yang buta dan sakit-sakitan tersebut. Dalam hal ini termasuk yang sakit dan membantu mereka, membantu mereka yang miskin, terutama jika mereka adalah tetangga dekat, memberi air pada musim kekeringan jika mereka membutuhkan, memberikan beasiswa bagi anak-anak mereka yang tidak mampu, dan lain-lain tanpa menyuruh apalagi memaksa mereka memeluk Islam. Karena hidayah itu ada di tangan Allah.
4. Menerima dan memakan makanan pemberian mereka selama tidak mengandung unsur-unsur yang diharamkan
Babi, daging sembelihan yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya, dan khamr berikut turunannya tentu haram kita terima. Jelaskan dengan cara yang baik kepada mereka kenapa kita menolaknya. Mudah-mudahan penjelasan kita bisa jadi jalan hidayah dari Allah. Unsur-unsur haram ini tetaplah haram, dari siapa pun kita mendapatkannya, apapun agamanya. Jadi, selama dapat dipastikan bahwa
makanan pemberian mereka itu tidak ada unsur-unsur tersebut, halal bagi Muslim untuk memakannya.
" Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal pula bagi mereka…"
(Al-Maidah [5]: 5)
5. Berlaku Adil
Suatu ketika Khalifah Ali bin Abi Thalib radhialLahu 'anhu mengadukan seorang Yahudi yang beliau duga telah mencuri baju besinya kepada hakim setempat. Dalam pengadilan di mana Ali dan Yahudi tersebut hadir, pengaduan Ali radhialLahu 'anhu tersebut tidak diterima, sebab Ali tidak menghadirkan saksi pencurian tersebut. Mendengar putusan hakim tersebut, Yahudi tersebut terkejut, karena sebelumnya ia sangat yakin bahwa pengadilan akan berpihak pada Ali radhialLahu 'anhu, yang di samping ia seorang muslim, juga khalifah.
Di muka pengadilan tersebut, ia mengakui bahwa ialah yang mencuri baju besi Ali radhialLahu 'anhu tersebut. Pengakuan itu diikuti dengan pernyataan keislamannya. Akhirnya Ali bin Abi Thalib memberikan baju besi tersebut sebagai ungkapan kegembiraannya.
Masalah Aqidah: Tidak Ada Kompromi
Ada pun hal-hal yang bersentuhan dengan masalah keyakinan, maka dalam Islam ada rambu-rambunya pula. Setiap perkataan dan sikap yang mengandung makna persetujuan dengan keyakinan mereka yang berseberangan dengan aqidah Islam, maka hal tersebut dilarang dalam Islam.
a. Mengucapkan Selamat Natal dan Menghadiri Perayaannya
Perayaan Natal bagi pemeluk Kristen pada zaman ini bermakna mengingat dan merayakan hari yang mereka yakini sebagai hari kelahiran Yesus yang mereka anggap Tuhan. Menghadiri atau memberi selamat Natal kepada pemeluk Kristiani tentu saja merupakan ungkapan persetujuan bahkan bahagia atas makna tersebut. Tidak bisa tidak. Padahal Islam mengatakan bahwa Isa (Yesus) adalah nabi dan rasul utusan Allah Subhana wa Ta'ala.
Dalih yang mengatakan bahwa boleh mengucapkan selamat Natal dengan niat hanya menghormati mereka sebagai manusia, tidak dapat diterima baik secara logika ataupun secara bahasa. Karena logika dan bahasa menunjukkan ucapan selamat merupakan keterlibatan jiwa (perasaan) orang yang mengucapkan selamat bahwa ia ikut merasakan kebahagiaan, sesuatu yang bahkan melebihi persetujuan atas apa yang diselamati. Bukan bahagia tanpa sebab.
Lalu, pantaskah seorang yang telah bersaksi bahwa tiada sembahan selain Allah, tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, menyampaikan rasa bahagia ketika Allah disekutukan dengan yang lain? Karena bagi mereka Isa adalah "Tuhan", sekaligus "anak Tuhan". Mereka menyebut dengan jelas: "Tuhan Yesus!"
Ibnu Umar radhiaLlahuanhu pernah membuat pernyataan yang menegaskan betapa besar dan beratnya kesyirikan kaum Kristen ini karena mengatakan "tuhan itu tiga".
b. Menghadiri Peribadatan Mereka
Menghadiri peribadatan adalah pengakuan yang nyata atas dasar keyakinan seluruh peserta berikut pemuka agama yang memimpin peribadatan tersebut.
Dua hal di atas termasuk ke dalam hal-hal yang Allah peringatkan dalam Surat Al Kafirun.
penulis adalah guru Al-Quran di sebuah madrasah di Jawa Barat
Oleh: Rina Abdul Latif dan Eka Zulkarnain
Hidayatullah.com-- [dengan penyesuaian redaksional]
Mon Oct 24, 2011 5:09 am by raden galuh agung permana
» update forum 2
Wed Sep 14, 2011 10:00 am by Admin
» Resep Kue Pernikahan
Sat Jun 04, 2011 12:42 pm by aisyah salimah
» Hidup Tak Kenal Kompromi
Sat Jun 04, 2011 11:54 am by aisyah salimah
» Rumah Dunia VS Akhirat
Sun May 22, 2011 11:59 pm by aisyah salimah
» Selamat Jalan Ibunda Tercinta
Sat May 21, 2011 3:48 pm by aisyah salimah
» Cara Youtube tanpa buffer tanpa software
Tue May 10, 2011 8:16 pm by kholis
» tok tok tok...!
Mon May 09, 2011 7:43 pm by santii
» catatan da'wah
Sat May 07, 2011 10:08 pm by nadiachya